![Seorang petugas menghitung jumlah titik api (hot spot) di Posko Kebakaran Lahan dan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (22/9). Kementerian LHK membekukan empat perusahaan yang diduga melakukan pembakaran hutan dan mengakibatkan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. [ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay]](http://sp.beritasatu.com/media/images/original/20150922170002846.jpg)
Seorang petugas menghitung jumlah titik api (hot spot) di Posko Kebakaran Lahan dan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (22/9). Kementerian LHK membekukan empat perusahaan yang diduga melakukan pembakaran hutan dan mengakibatkan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan. [ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay]
[MUARA TEWEH] Wilayah kabupaten di daerah aliran Sungai Barito yakni Kabupaten Barito Utara, Murung Raya, Barito Timur dan Barito Selatan, Kalimantan Tengah, terpantau melalui satelit Terra/Aqua (Nasa) sebanyak 73 titik api.
“Titik api pantauan Kamis (1/10) sampai pukul 06.00 WIB di empat kabupaten itu meningkat dibanding beberapa hari lalu,” kata Sekretaris Kantor Seksi Konservasi Wilayah IV Muara Teweh, Aswaludin di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kamis (1/10).
KSDA Muara Teweh dengan daerah operasi di empat kabupaten di pedalaman Kalteng itu selain Muara Teweh, juga Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya, Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur dan Buntok Kabupaten Barito Selatan.
Menurut Aswaludin, titik api di wilayah Barito Selatan ada delapan titik api, Barito Timur ada 14, Barito Utara sebanyak 25, dan Murung Raya 26 titik api.
“Personel manggala agni dari daerah operasi IV Muara Teweh ini terus melakukan pemadaman titik api di sejumlah lokasi,” kata dia.
Dia mengatakan titik api hasil deteksi satelit ini sebagai acuan pihaknya untuk mengecek ‘hot spot’ itu apakah merupakan kawasan hutan atau lahan yang terbakar.
“Bisa saja deteksi satelit itu merupakan lahan atau kawasan berpasir yang bisa menimbulkan hawa panas atau rumah warga yang atapnya dari seng, namun hasil deteksi itu merupakan data valid sebagai acuan kami untuk mengecek lokasi,” kata Aswaludin.
Sementara pantauan ANTARA di Muara Teweh, Kamis pagi, kabut asap memang berkurang namun masih ada bertambah dibanding hari kemarin.
“Memang pagi ini matahari masih bisa bersinar, namun tidak sebersih kemarin karena ada asap tipis,” kata seorang warga Muara Teweh, Amang Syarbani.
Kepala Kelompok Tenaga Teknis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Muara Teweh Sunardi mengatakan kabut asap masih ada namun bertambah dari kemarin.
Jarak pandang permukaan pada Kamis pagi mencapai 300 – 400 meter dengan jarak pandang vertikal 500 feet, kembali berkabut dibanding Rabu (30/9) pagi mencapai 1.500 meter dengan jarak pandang vertikal berkisar 1.000 feet.
“Memang kabut asap di Muara Teweh ini bertambah dibanding hari kemarin, namun cuaca terlihat masih cerah,” kata Sunardi.
Sekretaris Daerah Pemkab Barito Utara, Jainal Abidin, mengatakan pemerintah daerah telah memperpanjang masa tanggap darurat asap sampai tanggal 31 Oktober.
“Waktu tanggap darurat sebelumnya sudah berakhir pada Rabu (30/9), namun karena kabut asap masih terjadi di daerah ini maka tanggap darurat di posko sembilan kecamatan kembali diperpanjang sampai akhir bulan ini,” kata Jainal. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/nasional/73-titik-api-terdeteksi-di-wilayah-barito/97656