Pemetaan Partisipatif

Kabut Asap Berlalu, Bagaimana Penanganan Kesehatan Masyarakat?

Jpeg
Balita dan anak-anak di Rumah Evakuasi Kabut Asap 5 Ulu Palembang. Foto Walhi Sumsel
Balita dan anak-anak yang berada di Rumah Evakuasi Kabut Asap 5 Ulu Palembang, Sumatera Selatan. Meski kabut asap telah berlalu, namun penanganan kesehatan masyarakat harus terus dilakukan. Foto: Walhi Sumsel

Beberapa hari terakhir, hujan mulai turun di Sumatera Selatan. Masyarakat yang sebelumnya marah karena terpapar kabut asap kini bersuka. Apakah persoalan ini mendadak sirna setelah datangnya hujan?

Tentu saja belum. Pemerintah pasti memikirkan bagaimana menata hutan dan lahan gambut yang terbakar. Tapi, apakah pemerintah sudah memikirkan bagaimana kondisi kesehatan masyarakat yang selama beberapa bulan terpapar kabut asap? Saya pikir, hal ini harus dipikirkan pemerintah sebab berbagai penyakit baru akan dirasakan mereka beberapa bulan ke depan. Misalnya kanker paru-paru,” kata Muhammad Isa, Ketua Kebun Bumi, di Palembang, Rabu (11/11/15).

Isa menjelaskan, kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan gambut bukan hanya menghasilkan karbon monosida (gas CO) dan karbon dioksida (gas CO2). Tetapi juga, zat-zat beracun seperti nitrogen monoksida dan dioksida, gas sulfur, hidrokarbon, formaldehida partikel dan zat oksidan.

Dengan kandungan tersebut, balita, ibu hamil, dan orang tua rentan terdampak berbagai penyakit. Misal, bayi yang lahir cenderung berat badannya rendah jika ibunya banyak menghirup asap. Ibu hamil juga dapat keguguran, kejang-kejang, lalu penyakit umum dialami warga yakni infeksi pernapasan akut, termasuk mengurangi kecerdasan anak.

Bahkan, zat oksidan yakni oksidanperoksida yang terdiri dari ozon, nitrogen dioksida, peroksiasetilnitrat, menyebabkan pembengkakan paru-paru hingga kanker.

Buah kemang yang memiliki khasiat untuk kesehatan ini mulai sulit dicari. Foto: Wikipedia

Obat alami

Dijelaskan Isa, banyak tanaman, seperti buahan, yang mampu mengusir oksidan dalam tubuh yang terpapar kabut asap, Tetapi, karena hutan di rawa gambut rusak dan perilaku masyarakat desa saat ini lebih senang berkebun karet atau sawit, menyebabkan tanaman buahan yang menghasilkan makanan sehat itu berkurang.

Isa mencontohkan buah manggis, buah yang diperkirakan berasal dari Nusantara, yang sudah dikenal masyarakat Sumsel sejak ratusan tahun lalu. Manggis merupakan buahan yang sangat ampuh membersihkan tubuh dari berbagai penyakit termasuk membuang oksidan.

Belum lagi kemang, beragam jenis mangga, serta sejumlah cucumber yang banyak digunakan untuk masakan khas melayu, seperti kunyit, serai, dan laos. Semua buahan dan cucumber yang tumbuh di daerah rawa gambut ini memiliki antioksidan tinggi yang dapat mencegah kanker.

Oleh karena itu, kata Isa, selain menata hutan dan lahan gambut, pemerintah dan para pegiat lingkungan, mendorong masyarakat untuk menanam tanaman buahan dan cucumber yang dapat mencegah beragam penyakit.

Dampak dari kerusakan hutan dan lahan gambut, bukan hanya hilangnya keberagaman hayati, konflik lahan atau kebakaran hutan. Kesehatan warga dan pola konsumsi makannnya juga berubah.

Pohon Kemang yang namanya dijadikan sebagai nama tempat di beberapa daerah di Indonesia, kini mulai sulit dilihat. Sumber: Wikipedia

Bantu kesehatan warga

Hadi Jatmiko, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel, mengatakan rumah evakuasi korban asap di Jalan Keramat Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I Palembang, Sumatera Selatan, yang dibentuk dan dikelola masyarakat sipil, tetap berjalan meski hujan sudah turun atau kabut asap telah berlalu.

Dampak kesehatan masih dirasakan masyarakat. Makanya, rumah evakuasi tetap terbuka khususnya ibu hamil, balita, dan orangtua, katanya.

Bahkan, kata Hadi, Walhi Sumsel bersama organisasi non-pemerintah, para dokter, tenaga kesehatan, dan lainnya, akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap warga yang terpapar kabut asap. Khususnya yang berada di dekat lokasi kebakaran. Kami percaya begitu warga butuh pertolongan. Wilayah yang akan dikunjungi adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba), ujar Hadi.

Sumber: http://www.mongabay.co.id/2015/11/12/kabut-asap-berlalu-bagaimana-penanganan-kesehatan-masyarakat/